Jumat, 20 Juni 2014

Dengan menggandeng si kecil kau menjemputku melalui jendela rumah
Kenapa rumah kita bersebelahan ? sesaat aku terheran,
Mimpi itu tak kan kembali lagi, tapi aku merasakan kerinduan

Baru saja aku mengikis perlahan menipiskan nafsuku untuk berkomunikasi denganmu
Baru saja aku menyadari perlahan kebodohanku ..... terlambat ?
Baru saja aku menyadari takdir laki laki dan kodrat perempuan.... terlambat ?
Baru saja aku menyadari untuk wening sejenak

Mimpi itu bisa menipiskan kerinduanku sejenak
Tetap ada yang menghalangiku untuk melangkah
Menghilangkan jejak yang pernah kita lalui bersama

Mimpi itu akan kembali jika kerinduan itu tak tertahankan lagi
Hadiah terindah dari Tuhanku, yang setia membaca suasana hatiku

Tak terbatas ku ucap syukur dan sujud atas apa yg aku terima

salam dari Surabaya

Selasa, 17 Juni 2014

Tadi pagi, aku ingat saat aku meminta dengan tangisan kepada Tuhanku
Untuk tidak dipertemukan dengan mu, setahun yang lalu
kekawatiranku membelenggu ketakutan berhadapan denganmu

Sekarang ?
Doa apa lagi yg harus aku ucapkan ?
diberikan kekuatan menghadapi ketidak jelasan ?
atau yang sudah jelas bahwa titik berhenti sudah dimulai saat ini.

semoga tidak bertiup angin yang membuat nafasmu sulit diterka
kadang romantis mengundang penasaran
kadang angin panas yang membuat sakit hati
kadang kesejukan rohani yang membahagiakan

hari ini jangan ganggu kegalauanku dengan upaya ku melupakan segalanya
sampai ketemu di surga sayang..... aku tetap menantimu, sekalipun dalam ketidak pastian.


Minggu, 08 Juni 2014

Ternyata bagiku kau nomor dua dalam hidupku
Atau bahkan nomor 3, karena yang pertama tentu Tuhanku
Bergeser lagi menjadi nomor 4, karena nomor 3 ternyata Yepi anakku
Nomor dua tentu orang tuaku, kau belum berarti apa apa bagiku

Memberi semangat hidupku harus dari hatiku sendiri
Yang kau lakukan sedikit untuk mengubah kedekatanku bersama Tuhan

Akankah kau kembali yang bagiku tak berharap lagi
Diantara serpihan kerinduan yang berantakan tak tersisa lagi.

Sudah tak perlu peduli dengan apapun dalam kehidupanku
Tak perlu lagi aku lihat kehidupanmu di sana
Karena semua sudah selesai
Jika kau memulainya kembali maka kita tunggu biarkan Tuhanku yang menjawabnya




Melepas dengan sepenuh hati, tidak sekali ini
Coba jangan main main dengan apa yang akan kita niatkan
Jangan siksa batin ini dengan kebingunganmu

Tuhan kita ada diantara kanan mu dan kiriku
Sekali ini, kita pasti mampu
Jangan datang ketika aku tua dalam kesendirianmu
Karena semua sudah berakhir dan kau terlambat
Menghadiahkan kebahagiaan buatku

Karena semua yang ada sudah aku kirimkan ke Rumah Mulia
Rumah Tuhan yang ada di Raudhoh bersamaku.



Kamis, 05 Juni 2014

Jumat Mulia Bagi Kita

Setiap Jumat, sapaan mesra untuk minta doa
Doa yg baik baik saja dan itu untuk kita.

Fajar tadi aku lunglai bukan karenamu
Keiklasan yang bersandar pada ketaqwaan
Demikian Takdir tercipta, maka saat itulah aku akan siap menerima

Jika engkau datang, maka lupankanlah semua yang ada
Jika Jumat ini engkau masih berdoa untuk ku
Maka Kekasihku adalah Tuhanku yang Agung
Dirimu adalah orang suci
Turun bersandar pada bahuku, untuk aku cintai

Sejenak Tuhan menyapa, sapaan menguatkan batinku
Selalu siap berada dalam surga tanpamu, sendiri saja
Tidak mengapa karena keyakinaku bahwa Tuhan selalu dekat dalam urat nadiku, dalam detak jantungku
Pergilah,,,,,, istri dan anakmu menunggu

salam dari Raudhoh di Jumat Fajar

Rabu, 04 Juni 2014

Senja laut merah di tanggal 2 Juni, mengakhiri kenanganku 
Bersama Tuhan 12 hari bercengkerama di Raudhoh
Di Multazam yang agung dan mulia
Sekalipun segala asa kugantung di sana
Ingin bisa aku raih segera disini
Bersama kesetiaan, yang mengakhiri senja, 
Kesetiaan antara matahari dan rembulan

Ditepian laut merah, aku renungi, untuk melangkah selanjutnya
antara bersamamu dan bersama Tuhan kita. 
antara kesendirian dan kedamaian yang selalu tersisa
Ketika senja datang, disitulah kesetian rembulan hadir, ketika fajar datang matahari menggantikannya
Itukah rasa dan kerelaan.

Semoga setiaku padamu lebih rendah derajatnya dari kecintaanku pd Tuhan
Sehingga aku kuat melawannya, sehingga aku selalu siap kehilanganmu
Yang selalu samar datang dan pergi, tanpa pernah aku bisa raba wujudnya

ketika kesetiaan itu tak tergantikan maka disitulah kepasrahan aku titipkan pd Tuhanku
dan di Multazam itu keiklasanku berserah diri telah ditelah hari
Aku kembali bersama senja Laut Merah, menuju tanah airku
Semoga akan aku dapati waktu buat menemuimu.

salam dari Jedah.